Mengenal Tradisi Jamasan Kecamatan Selogiri Menggunakan Media Leaflet

Rangkaian upacara Jamasan di Selogiri
WONOGIRI, anewsidmedia.com – Tradisi Jamasan, sebuah ritual pemandian pusaka yang sarat makna, kembali digelar di Kecamatan Selogiri. Acara tahunan ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat setempat masih menjunjung tinggi warisan leluhur.
Dilaksanakan pada 20-21 Juli 2024, acara Jamasan tahun ini menyedot perhatian tidak hanya warga sekitar, tetapi juga para peneliti budaya.
Pusaka-pusaka bersejarah seperti Keris Karawelang dan Tombak Kiai Jaladara serta Kiai Totok yang disimpan di Tugu Pusaka Kecamatan Selogiri menjadi pusat perhatian dalam ritual ini.

“Tradisi Jamasan bukan sekadar acara seremonial,” ujar Rifdah Mardhiyyah, salah satu inisiator pembuatan leaflet tentang tradisi ini.
“Ini adalah bentuk penghormatan kita terhadap para leluhur yang telah menjaga daerah ini. Melalui pusaka-pusaka ini, kita dapat merasakan nilai-nilai luhur yang perlu dilestarikan.” Tambahnya.
Proses Jamasan berlangsung dengan khidmat dan mengikuti tata cara yang telah ditetapkan sejak zaman dahulu.

Warga asli Gunung Wijil memiliki peran penting dalam membuka dan menutup Tugu Pusaka, sementara keluarga Pura Mangkunegara secara langsung melakukan proses pemandian.
“Ada kepercayaan bahwa hanya warga asli Gunung Wijil yang bisa membuka tutup Tugu Pusaka,” tambah Rifdah. “Ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan spiritual antara masyarakat dengan pusaka-pusaka tersebut.”
Untuk memperkenalkan tradisi Jamasan kepada masyarakat luas, khususnya generasi muda, tim KKN UNDIP membuat leaflet informatif. Leaflet ini berisi penjelasan singkat tentang sejarah Jamasan, tata cara pelaksanaan, serta makna dari setiap pusaka.


“Harapannya, leaflet ini dapat menjadi media edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya lokal,” ungkap Rifdah.
Tradisi Jamasan di Selogiri mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai warisan budaya. Di tengah arus modernisasi, menjaga tradisi seperti ini adalah bentuk nyata dari rasa cinta terhadap tanah air.

Dengan ini, penting bagi masyarakat luas apalagi pendatang untuk mengetahui tradisi yang masih terjaga ini. Maka dari itu, leaflet yang akan diletakkan di Kantor Kecamatan ini berguna untuk tamu-tamu dari luar Selogiri sebagai media mereka mengenal tradisi lokal Selogiri yang masih ada.
Leaflet yang dipilih sebagai output dari kegiatan keikutsertaan Rifdah dan anggota Tim II KKN UNDIP dalam pelaksanaan Tradisi Jamasan ini dikemas dengan singkat yang berisi mengenai pengertian Jamasan, prosedur, dan identitas dari pusaka-pusaka didalam tugu.
Hal ini bertujuan untuk menjaga serta melestarikan Tradisi Jamasan. [RA]